TOKO KIJING YANG LARIS

Penarik becak sudah bekerja mengangkut peti jenazah dari toko kijing yang melayani orderan pada subuh itu. Bakul sayur keliling belum selesai kulakan, sedangkan pedagang peti jenazah sudah mengantongi nota jual beli lunas lalu kembali berselimut.
Toko kijing yang dulu dipesan untuk peti mati bapakku memang laris, pagi buta begini sudah laku satu peti jenazah. Jalanku menuju pasar hingga kembali pulang disesaki nuansa mengheningkan cipta.
Entah peti itu untuk isi jenazah si kaya atau si miskin, yang muda atau yang tua, yang hina atau yang mulia, mana aku tahu. Tapi mungkin saja si mayit meninggalkan akun FB, IG, WA, dan Twitter, lalu seberapa panjang ingatan kawan-kawan yang berduka untuknya. 'Sebentar...'
Seperti aku yang 'sebentar' ingat dengan mayit kawanku yang gembelengan, atau seperti aku yang terus ingat mayit kawanku yang saleh dengan doa seucap.
Ternyata gemblengan dan kesalehan si mayit meninggalkan bekas dan durasi sendiri-sendiri bagi yang hidup.
Meski keduanya dikubur, ia menjadi nasehat yang bisu bagi yang mengheningkan cipta.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATANYA ORANG PINTAR

Solo Menurut Kartunis

Gembira Menanam Pohon