Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Kenangan Nonton Film G 30 S/PKI

Gambar
Dulu ini namanya TK Ade Irma Suryani lho? Sekarang diganti rupanya :-) Nostalgia di depan sekolah masa kecil dulu, namanya diganti Kartika semua :-D Sebelum saya TK, nonton bioskop pertama kali langsung film G 30 S/PKI. Adegan histeris putrinya Panjaitan raup darah bikin saya stres kalau mau tidur. Waktu masuk TK apalagi. Sebagai murid baru, saya gampang mengingat nama sekolah sendiri, tapi bikin phobia. Kenapa phobia? Ya, itu...namanya TK Ade Irma Suryani. Itukan nama putrinya Nasution yang mati tertembak di film itu?! Nah,kan...jadi takut pipis di sekolahan.  Paling asyik, waktu lulus TK! Sekian lama phobia dengan nama-nama korban di film G 30 S/PKI, akhirnya ganti suasana juga! Tapi gagal gembira! Oleh orangtua, saya harus sekolah di SD Letjen S Parman! Lagi-lagi itu sebuah nama korban G 30 S/PKI yang masuk lubang buaya di film itukan? Ya sudah, saya terima kenyataan untuk hidup dengan phobia di masa kecil. Gara-gara tontonan bioskop yang belum sesuai

Dunia Coreng Moreng

Gambar
Pas Mama Gendhis lagi ke pasar, Abi corat-coret pipinya Gendhis, maafin Abi ya :-D Habisnya Gendhis bikin gemes, belum bisa ngomong, cuma nguik-nguik aja :-D Trus, Abi ketahuan Mama Gendhis, kalian berdua maafin Abi ya :-D Eh, malah di panjangin kumisnya pake spidol...:-(  Janji nggak corat-coret pipi Gendhis lagi. :-(

Lift Aroma Jenazah

Gambar
Lift yang sering beraroma jenazah tentu saja lift-lift yang ada dirumah sakit, bukan lift yang sering kita gunakan di mall. Mulai hari selasa tanggal 20 - 21 Februari 2014, ibu saya dapat kamar Anggrek kelas A - B, di tingkat tiga. Untuk efisiensi tenaga naik - turun atau turun - naik, tentu saja menggunakan lift untuk sampai ke lantai tiga. Saya sudah coba melalui tangga, ngos - ngosan juga. Bahkan jam satu malampun, saya masih cuek bolak - balik menggunakan lift untuk memenuhi kebutuhan ibu, misalnya ibu minta air panas untuk teh di tumbler. Saya pilih turun ke jalan daripada ke pantry rumah sakit, cari wedangan   lebih menyegarkan pandangan. Di lift yang sudah tengah malam itu, saya sendirian saja. Ibu saya operasi dibagian tulang kering pergelangan kaki kanan. Di bedah, untuk di pasangi platina. Karena dibagian tersebut, patah di dua posisi. Terpeleset lalu keseleo, dan bunyi “krak”, sebelum akhirnya jatuh tertelungkup tanpa daya untuk berdiri lagi. Sebelum ke

Solo Di Hujani Abu Gunung Kelud

Gambar
Hujan pagi ini lain, karena merubah warna aspal menjadi putih dan lebih tebal   1 cm, dari jejak sandal yang masih baru menceritakan itu, entah 1 jam lagi membuatnya setebal apa. Hujan abu yang membuatnya begitu. Oleh-oleh dari erupsi gunung Kelud, Kediri, Jawa Timur. Jelas mengakibatkan warga Solo Raya terhenyak, suara ledakkannya menggema sampai Solo Raya tadi malam, yang disertai lindu. Jarum jam memang belum menunjukkan angka sebelas malam dengan tepat, ketika gunung Kelud itu meledakkan dirinya. Hanya gunung yang boleh begitu, manusia jangan mengikuti fitrahnya gunung.   Gunung kelud memang gagah sebagai rangkaian ayat kauniyahNYA. Ia tak perlu janjian dengan badan vulkanologi untuk erupsi. Karena itu, semua orang jadi sibuk, ternak menggantungkan perhatian tuannya. Saat alam sedang menunjukkan otoritasnya, manusia ramai berdoa kepada yang mencipta alam. Lalui musibah ini dengan tolong-menolong, kenali kemanusiaanya. Dan jangan tanya apa agamanya, apa mazhabn