Penunggu Angkot Jurusan Pasar Jongke
Dicurhati PSK Setengah Tua.
-------------------------------------------
Bersepeda ria sudah saya lakoni sejak kelas 1 MTs, namun cabang olahraga genjot harus berakhir sampai semester akhir perkuliahan saja. Sebab nasibnya diangkut tukang rongsok karena ibu mengira itu tidaklah berfaedah bagi cabang olahraga genjot yang saya galakkan, sepeda seharga Rp. 200.000 itu diganjar Rp. 20.000 saja! Saya sedikit stress dan langsung daftar fitness – betah seminggu karena otot bisep dan trisep tidak kooperatif ketika harus jungkatan.
Selesai Subuh, start dimulai dari Luwes Palur menuju Halaman ASDI yang saya prakarsai sendiri sebagai garis finish. Tinggal jalur pulang melewati rute yang berlawanan dengan arah berangkat, yaitu lewat jalur Bekonang. Tidak lupa, sarapan soto Kalilarangan yang ditunaikan ketika arah pulang menjadi ritual segar yang wajib.
------------------------------------------------------------------------
Tetapi, ada satu peristiwa saat bersepeda yang membuat saya gagal nyoto. Sebab saat selonjoran di Balapan sebelum mencapai finish, saya ketemu PSK setengah tua di Balapan yang mengaku bertarif Rp.50.000 sekali gulat. Ia bersedih, menunggui angkot jurusan Jongke, pamitnya kepada suami adalah ke pasar supaya agendanya sukses. Dan apesnya, jasanya tidak laku-laku juga. Sementara uang di dompetnya sudah digunakan untuk kebutuhan dapur dan titip arisan, ditambah anak perempuan butuh sepatu paskibraka untuk hari senin, sepatu itu harganya Rp. 20.000 di pasar dan tidak terbeli. PSK setengah tua itu bersedih. Untuk menenangkannya, kira-kira apa yang saya lakukan dengan uang tunjangan soto yang tidak seberapa ini?
------------------------------------------------------------------------
A. Mengajaknya makan soto berdua.
B. Mengajaknya gulat sampai kaing-kaing.
C. Ikut ngangkot ke Pasar Jongke.
D. Memberinya uang sepatu untuk anaknya.
E. Semua benar.
------------------------------------------------------------------------
Hati kita, tidak sesuci hati Jibril AS. Maka paling gampang adalah membodohkan orang.
-------------------------------------------
Bersepeda ria sudah saya lakoni sejak kelas 1 MTs, namun cabang olahraga genjot harus berakhir sampai semester akhir perkuliahan saja. Sebab nasibnya diangkut tukang rongsok karena ibu mengira itu tidaklah berfaedah bagi cabang olahraga genjot yang saya galakkan, sepeda seharga Rp. 200.000 itu diganjar Rp. 20.000 saja! Saya sedikit stress dan langsung daftar fitness – betah seminggu karena otot bisep dan trisep tidak kooperatif ketika harus jungkatan.
Selesai Subuh, start dimulai dari Luwes Palur menuju Halaman ASDI yang saya prakarsai sendiri sebagai garis finish. Tinggal jalur pulang melewati rute yang berlawanan dengan arah berangkat, yaitu lewat jalur Bekonang. Tidak lupa, sarapan soto Kalilarangan yang ditunaikan ketika arah pulang menjadi ritual segar yang wajib.
------------------------------------------------------------------------
Tetapi, ada satu peristiwa saat bersepeda yang membuat saya gagal nyoto. Sebab saat selonjoran di Balapan sebelum mencapai finish, saya ketemu PSK setengah tua di Balapan yang mengaku bertarif Rp.50.000 sekali gulat. Ia bersedih, menunggui angkot jurusan Jongke, pamitnya kepada suami adalah ke pasar supaya agendanya sukses. Dan apesnya, jasanya tidak laku-laku juga. Sementara uang di dompetnya sudah digunakan untuk kebutuhan dapur dan titip arisan, ditambah anak perempuan butuh sepatu paskibraka untuk hari senin, sepatu itu harganya Rp. 20.000 di pasar dan tidak terbeli. PSK setengah tua itu bersedih. Untuk menenangkannya, kira-kira apa yang saya lakukan dengan uang tunjangan soto yang tidak seberapa ini?
------------------------------------------------------------------------
A. Mengajaknya makan soto berdua.
B. Mengajaknya gulat sampai kaing-kaing.
C. Ikut ngangkot ke Pasar Jongke.
D. Memberinya uang sepatu untuk anaknya.
E. Semua benar.
------------------------------------------------------------------------
Hati kita, tidak sesuci hati Jibril AS. Maka paling gampang adalah membodohkan orang.
Komentar
Posting Komentar