MARI MENGABAIKAN LUKA

Tidak sengaja saya dipertemukan konco lawas, usia kami terpaut jauh. Beliau ini, dulunya pengusaha necis di bidang jasa printing dan konstruksi media luar ruang. Cakap di bidang komunikasi, pemasaran, dan lihai bab perpajakan. Saya sempat dolan di gedung hak miliknya yang berisi alat-alat produksi senilai ratusan juta waktu itu. Kami berdua suka membual tentang dampak periklanan bagi daya beli masyarakat yang sebelum dan sesudah terkena imbas iklan. Mengenang omong kosong ala biro iklan ternyata mengasyikkan betul. Tapi kini, semua kecemerlangannya sebagai pengusaha sudah raib. Yang tidak ikut-ikutan raib, cuma kegayengan kami berdua sebagai konco lawas.

Orderan senilai milyaran macet tagihannya dibeberapa nota.
Berikutnya, gedung, rumah, mobil, dan investasi lain disita bank. Nampaknya, kini sehari-harinya begitu rumit pekerjaannya.

Di usianya yang sebentar lagi 60 tahun, Insinyur teknik yang mulai beruban banyak ini melukiskan pikirannya:
"Mas Ageng, di usia yang seperti ini, saya sudah ndak pengen lagi ngotot membangun usaha. Rasanya mentok terus setiap njajal usaha ini dan itu, jadi buruh lagi apa ya laku, kesibukan saya ya ngepel masjid ini kalau pas minggu, saya bersyukur ditegur Allah dengan cara dimiskinkan seperti ini, mas. Alhamdulillah."
----------------------------------------------------
Kehilangan yang pernah mendera saya dan istri, rasanya menjadi tontonan kelas teri saja bagi persoalannya para begawan.
----------------------------------------------------
Selebihnya kami bernostalgia,
dan terbahak mengabaikan luka-luka.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATANYA ORANG PINTAR

Solo Menurut Kartunis

Gembira Menanam Pohon