Air Mata Lelaki



Malam minggu itu, aku ajak kawanku makan Hamburger. Dia mengaku saudara sejak kelas satu tsanawiyah denganku.

Tentang hamburger itu, dia menggigitnya sekali. Lalu hamburger itu didiamkan begitu saja, bagai perawan yang tersandera hujan.

Dia mulai merokok. Rokok yang terbeli dari upahnya sebagai buruh batik paruh waktu. Seperti menggelar nelangsa saja asap rokok yang terburai itu. 

Ku beri tahu tentang nasib hamburger itu, dia membungkusnya pulang. Tapi kalian tahu sendirikan? Jalan raya tidaklah ramah terhadap apapun yang terhempas. Hamburger itu terhina di aspal, terjatuh dari motor yang aku kendalikan tanpa SIM dan STNK. Dia menyongsong bungkusan penyok itu dengan tergopoh-gopoh,

“Duhhh, hamburgerku untuk ibu…sudah penyok!”
Apa?! yang kau gigit itu untuk ibumu?!! Aku menuduhnya Malin Kundang. 

Suatu saat, aku dapati cerita rahasia. Dia begitu malu meminjam uangku hanya untuk memesan satu lagi dan diberikan kepada ibunya.

Aku harus kuat menahan air mata dan tertawa sekaligus. Sebab waktu itu, sisa di dompetku tinggal dua ribu.

Catatan lawas masa SMA.


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATANYA ORANG PINTAR

Solo Menurut Kartunis

Gembira Menanam Pohon