Kamar Seram




“Sangar Mas! Ada jubah gerak-gerak di luar kaca jendela!”

Cerita dari kamar depan yang disulap menjadi kamar kos, dari mahasiswa yang dulu kos seorang diri disini.

“Hm, itu belum seberapa,” sambil terkekeh, pengakuan saya tentang adanya “Trinil” malah mendatangkan konsekuensi yang menyebalkan. Setiap malam harus menemaninya tidur, saya dilarang merem sebelum dia duluan yang pulas.

Sesudah itu, dengan berjingkat-jingkat, sayapun pindah ke kamar belakang. Begitu seterusnya, sampai dia pilih tidak pulang.

Kejujuran adalah mata uang berharga, promosi kos seharusnya adalah “Masih ada kamar seram. Menyerah! Atau istiqomah!”

Dari kamar kosong ini, “Trinil” hanya rindu suara mengaji. Mengharukan sekali. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATANYA ORANG PINTAR

Solo Menurut Kartunis

Gembira Menanam Pohon