Hari Bapak Nasional


                                                                                               
                                                    Hari Bapak Nasional,
                                “merayakannya dengan doa dan kerja setiap hari”.

Pemimpi sejak muda. Guntur kecil nekat pulang pergi sekolah berjalan kaki dari kali code gang Mergangsan sampai Bulaksumur ke SMA Pedagogik yang jauh sekali jaraknya, padahal SMAnya itu dekat dengan UGM. Bayangan keasyikan mahasiswa UGM yang mondar-mandir lewat sambil ngobrol kritis khas republiken itulah yang menggerakkan mimpinya untuk akhirnya bisa kuliah juga di UGM. Di masa itu, Bung Karno yang marhaen memang menginspirasi hampir semua pemuda-pemudi indonesia giat mengejar ilmu sampai insinyur. Sampai tukang sayur yang berdagang sejak masa interniran ingin jadi insinyur. Itulah sepenggal cerita roman anak muda Jogja yang saya ingat dan saya eja namanya dengan penyakit gagap saya waktu kecil, “Gug-Gug-Gug-Guntur Soebagijono!”. Ibu guru tertawa, teman yang jahilpun semangat mengejek saya dengan istilah “Si Tompel”.

                                                                   foto jaman mahasiswe

UGM tidak lulus karena memilih berpetualang naik turun lembah tidar tetapi hatinya malah tersangkut dibawah lembah sebelum ranselnya. Tersangkut cinta jaman retro oleh gadis Magelang. The Beatles dan Koes Pluslah yang lebih tahu bagaimana mengungkapkan cinta dengan oktaf yang riang. Dan Bens Leo muda barangkali sudah menampakkan bakat kegenitannya mengkuratori musik mulai saat itu. Entah sedang apa Iwan Fals ketika dua insan itu saling tersangkut hatinya. Hanya John Lenon dan Elvis Presley yang tak sengaja sedang sibuk berkolaborasi ketika dua insan itu mulai naik stadium kanker cintanya. Bruce Leepun pilih sibuk dengan jet kundonya daripada membahas asmara dua insan yang bisa merintokan jiwa rambonya.

                                                 keliling kesuku-suku luar jawa di Indonesia

Menjadi tua dan mati adalah berita paling terpercaya yang tidak dipengaruhi syak wasangka sedikitpun. Melepaskan raga ditempat tidur di usianya yang ke 63 tahun. Karena stroke yang melemahkan bagian kiri anggota badannya selama 3 tahun deritanya. MalaikatNYApun mencabut Rohnya dari raga yang masih hangat dipelukan istri. Sosok wanita yang memilih meninggalkan dunia keguruannya demi sang waktu luang yang ahli mendekatkan dua hati dan ahli memberikan kesempatan untuk ia bebas menumpahkan cintanya melalui segelas teh pagi sesudah subuh dan segelas teh lagi untuk menyambutnya pulang dari kantor sebelum ashar. Maklum, Hari Bapak Nasional itu bukan tiap tahun, tapi setiap hari diselebrasikan dengan doa dan kerja. Maka minum segelas teh setiap hari sudah cukup sebagai penghormatan Hari Bapak nasional, tidak perlu ada tanggal merah dan konser perayaan :-)

                                                                                    masuk hutannya orang dayak

                                                            ini di manado pedalaman
Hingga datang saat ritual minum teh itu berubah tragedi. Yaitu segelas teh tawar terakhir yang tak terminum dan mematung menyaksikan tuannya sedang bersusah payah mentalkin dirinya sendiri diranjang terakhir dipelukan istri. Rutinitas membuat segelas teh sejak tahun 1972 itu harus terhenti di tahun 2009. In memoriam Ir.Guntur Soebagijono. Semoga Allah aza wa jalla menebarkan maghfirahnya dan menerima amal ibadah mualafnya. Wallahu a’lam bi showab. Dialah papiku disaat saya sedang berdebat keras dengannya dan disaat saya sedang jinak sebagai penerima nasihatnya. SELAMAT HARI BAPAK NASIONAL!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATANYA ORANG PINTAR

Solo Menurut Kartunis

Gembira Menanam Pohon