Surga Di Bawah Telapak kaki Ibu Yang Jujur
Jika engkau wahai ibu, sedang berbahagia makan ayam, jangan berkabar engkau sedang bersedih makan telur kepada anak dan mantumu yang jauh
itu.
Nasihat filsuf secara tamsil kepada ibunya yang suka berbohong.
Sang filsuf menegakkan kabar asli demi isi bejana ibunya supaya tidak
sama dengan isi bejana istrinya Abu Lahab. Sang ibupun mengancam diri
seribu kali untuk pergi saat mengingkari lisannya sendiri.
“Ibumu tidak bohong anakku! Lebih baik aku pergi!”
Sang filsuf putus asa dan meluluskan ancaman ibunya sendiri suatu ketika, kabarpun dibalik.
Sang filsuf dituduh mengusir pergi ibunya. Ibunya selalu berbohong kepada anak dan mantunya yang jauh.
“Aku, diusir anakku!”
Filsuf itu dikutuk berkali-kali menjadi batu, tapi tetap sebagai manusia.
Pesan filsuf mumpung belum menjadi batu:
Jika kita tiga kali lipat cinta ibu kita, jangan biarkan lisannya menjerumuskan sisa usianya kepada hisab yang berat di akhirat kelak.
“Ibumu tidak bohong anakku! Lebih baik aku pergi!”
Sang filsuf putus asa dan meluluskan ancaman ibunya sendiri suatu ketika, kabarpun dibalik.
Sang filsuf dituduh mengusir pergi ibunya. Ibunya selalu berbohong kepada anak dan mantunya yang jauh.
“Aku, diusir anakku!”
Filsuf itu dikutuk berkali-kali menjadi batu, tapi tetap sebagai manusia.
Pesan filsuf mumpung belum menjadi batu:
Jika kita tiga kali lipat cinta ibu kita, jangan biarkan lisannya menjerumuskan sisa usianya kepada hisab yang berat di akhirat kelak.
Komentar
Posting Komentar