Membaca Indonesia Maka Wirausaha Adalah Pilihan Paling Logis dan Rasional

Saya punya kawan lama, alumnus UPN Jogja sarjana ekonomi yang giat berbisnis sejak jadi anak kos yang ngirit di kota gudeg, yang ternyata ke’giat’annya itu kelak yang membentuk dirinya sebagai sarjana yang tidak mau mencari pekerjaan, tidak mau jadi pegawai yang kalau purna di tanggung dengan pensiunan atau karyawan swasta berstatus tetap sekalipun di tawari jabatan kepala cabang. Yang saya ingat dari semangatnya dulu adalah pidatonya yang membakar seperti Bung Tomo “Geng! Jadilah pengusaha jangan pegawai! Pengusaha punya pengaruh kuat dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintahan dan ekonomi, saya ingin menciptakan lapangan pekerjaan!”. Pengusaha di matanya itu punya strata terhormat dan berpengaruh kuat, berbeda dengan jabatan personalia yang di tawarkan kepadanya mungkin.

Sekitar 4 tahun kemudian ketika saya masih ngangsu ilmu di advertising, saya bertemu dengannya secara tidak sengaja, teman lama saya itu sudah punya toko buku sendiri dan 2 karyawan, satu orang mengisi tugas administrasi dan satunya lagi mengisi di pemasaran bukunya, dan punya kios sandal di solo square yang di kelola calon istrinya walau akhirnya batal nikah dan lepas bisnis sandalnya. Saya angkat topi dengan teman saya itu, ketika saya di ajak makan hamburger dan melahap kisah demi kisahnya, dia memang konsisten jadi wirausahawan sekalipun melankolis mengenang pernikahannya yang batal plus cetak undangannya yang sudah siap. Kini ia sudah menikahi seorang guru SD dan berencana membeli mesin cetak Hamada untuk pengembangan usahanya, kesimpulan saya tentang dia adalah berani bermimpi berani beraksi, bagaimana dengan anda? berentrepreneurlah mumpung sehat!

Wirausaha saya dengan istri ini adalah wirausaha saya ketiga. Dulu saya mulai yang pertama dan kedua itu di remehkan teman satu kampus, ketika tidak menghasilkan profit balik saya jadi pengangguran, trus nglamar jadi karyawan lagi setiap gagal usaha, orangpun semakin yakin telah benar meremehkan saya, sampai-sampai ibu saya sendiri tidak yakin saya bisa, tapi bagi istri saya yang lulusan desain tekstil ini adalah wirausahanya yang kedua, dulu 2 tahun menjalankan konveksi sendiri kocar-kacir keuntungannya lalu tutup dan berniat melamar ke Sritex Industry karena putus asa dan menurut saya itu biasa dan sangat manusiawi, dulu saya juga begitu…terakhir bekerja di PT. Azet Media Paramitra karna setelah dari CV. Arafah Syariah Square saya membuka usaha bersama teman di bidang promosi namun tongpes, sempat stres mikir masa depan waktu itu, kemana-mana pake sandal jepit dan jenggot tidak karuan akhirnya melamar kerja dan ngantor lagi namun mimpi saya tidak pernah padam. Di tahun kedua saya bekerja...saya yakinkan ini adalah dunia kekaryawanan saya yang terakhir, jalur saya ingin jadi wirausahawan sukses sebelum umur 40 tahun! tidak boleh lagi melamar pekerjaan kalau gagal lagi, kalau gagal ya harus bangkit sebagai wirausahawan militant!…saya harus berani pinjam modal usaha waktu itu, wajah saya jaminannya, citra, harga diri dan yakin karna wirausaha jalan sunnah nabi-nabiNYA! Aku jemput cara nabi dalam menghimpun ilmu dan rezeki, selamat datang dunia entrepreneur! Gagal itu biasa! Sukses besar itu niscayaNYA! SAYA DAN ANDA HARUS BERANI JADI ORANG LUAR BIASA:-)...jangan mau jadi orang biasa:-)




Proyeksi kita melanjutkan masa depan adalah untuk mengukur posisi kita di masa yang akan datang akan  menempatkan diri kita menjadi apa dan siapa...kalau mau jadi bagian kreatif di perusahaan yang sama terus-menerus silahkan...tapi seharusnya kelak...andalah yang berubah status menjadi pengusaha sekaligus pemilik industri kreatif di masa depan seperti bos anda saat ini, mulailah beraksi dan jangan malu memarkir motor jadul anda dekat dengan wrangler 2 pintu! karna anda pasti bisa beli wrangler 4 pintu:-)...melalui wirausaha:-)...selamat bersedekah!
(Ageng Pariwara)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Era 70an dan 80an Pak Tino Sidin Seleb di Masanya

KATANYA ORANG PINTAR

Gembira Menanam Pohon