Bersiap meladeni ajakan ngopi di depan masjid Agung Karanganyar. Menuju
angkringan bersahaja yang berjejeran melingkari alun-alun itu. Yang
berharga ialah ajakannya, dan kebersahajaan semacam itu mahal.
Gambar jari cuma 6 atau 4 pokoknya baguuuusss... D i TVRI tahun 1988/1989 saya masih merasakan denyut-denyut semangat terakhir saya mengikuti acara gemar menggambar yang di asuh oleh Pak Tino Sidin. Dulunya saya lumayan setia dengan acaranya sampai-sampai almarhum papi saya memotivasi saya untuk menggambar dan beliau mengirimkannya via pos supaya masuk ke redaksi gemar menggambarnya Pak Tino sidin. Setiap karya anak yang berhasil tampil di acaranya selalu mendapat pujian dari Pak Tino Sidin yang khas ’yak…baguss…’ dan semua anak di masa itupun pasti pernah menirukan jargonnya. Memang tidak salah, setiap anak seusia saya yang sehobi selalu ingin mendapatkan pujiannya. K arya yang bisa masuk di TVRI dan di puji oleh Pak Tino Sidin adalah kebanggaan yang luar biasa keren di antara teman-teman sekolah. Terus – menerus saya mencoba setia menunggu acaranya ketika on air di TVRI tapi gambar...
Istilah 'orang pintar' terlanjur dikonotasikan kepada orang yang menyandang ilmu supranatural, dan bahasa kaum sehari-hari terlanjur membudayakannya dengan sebutan paling umum, yaitu dukun. Fungsinya sudah terlanjur menjadi hal umum yang diprasangkai banyak kaum, maka istilah 'orang pintar' ini pun mesti diselamatkan, supaya fungsi bahasanya kembali kepada ruang kelasnya yang terang. Tapi tak perlu ngotot, batal diselamatkan ya tidak jadi soal. Sebab ada yang lebih penting un tuk diselamatkan, yaitu istilah 'toleransi' supaya tidak berubah bunyi dan fungsinya menjadi 'toleransu'.
Selamat siang Ibu Editor yang baik. Naskah “Gembira menanam pohon” sudah selesai saya gambar. Jika ada gambar yang tidak sesuai dengan naskah cerita mohon maaf. Saya tidak menerima revisi. Hidup itu kejam Ibu Editor, Terimakasih. -Illustrator kejam berdarah dingin.
Komentar
Posting Komentar